.
Kota itu
penuh kemaksiatan, namun di salah satu sudutnya lahirlah seorang bayi
yang akan membawa pencerahan bagi kaumnya. Dialah Yahya bin Zakaria A.S, anak dari Nabi Zakaria A.S.
Yahya
kecil pun melewati masa anak-anaknya dengan cara yang berbeda. Ketika
anak-anak lain suka bermain-main, dia malah sibuk membaca buku dan
mencari ilmu.
Ketika anak-anak lain
suka menyiksa hewan-hewan, Yahya kecil justru memberikan kasih sayangnya
dengan memberikan makanannya kepada semua hewan itu. Sementara beliau
sendiri lebih suka mengisi perutnya dengan daun-daun dan pepohonan.
Yahya
kecil pun tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, budiman, dan penuh kasih
sayang. Anak muda yang paling alim di masanya ini pun semakin suka
membaca kitab Taurat
atas perintah Allah SWT. Tak heran, dalam usia dini beliau sudah bisa
memahami pengetahuan syariat secara mendalam dan mampu memberikan
petunjuk atas permasalahan-permasalahan landasan ilmu agama.
Nabi
yang budiman ini bahkan tak henti-hentinya berusaha mengeluarkan
kaumnya dari lingkaran kebathilan dan mengajak mereka untuk bersama-sama
menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Menginjak usia yang semakin
dewasa, wajahnya semakin tampak bersinar. Membuat siapapun yang
memandangnya akan merasakan perasaan nyaman. Tak terkecuali hewan buas
seperti serigala dan singa, yang pergi dengan tenang tanpa ada hasrat
untuk memangsanya ketika memasuki gua di mana di dalamnya ada Nabi Yahya A.S yang sedang sibuk berdzikir mendekatkan diri kepada Allah.
Air
matanya berlinang. Perutnya sedikitpun tidak merasakan lapar meskipun
hanya makan dedaunan. Ucapan rasa syukur dan perenungan spiritual inilah
yang membuatnya tetap hidup dengan perasaan nikmat dan semakin menambah
kecintaannya kepada Sang Maha Pencipta.
Namanya menjadi begitu
harum karena Nabi Yahya A.S dijadikan sebagai panutan dan dihormati oleh
semua orang. Hingga akhirnya terdengarlah sampai ke telinga raja lalim
yang terusik untuk memanggilnya.
Raja Herodus itu ingin menikahi
keponakannya yang terkenal cantik dan mempesona seluruh pria di negeri
itu, Hirodia. Nabi Yahya A.S menghadap Sang Raja, kemudian raja
menanyakan perihal keinginannya menikahi Hirodia.
Tentu saja,
Nabi Yahya A.S mengatakan bahwa hal itu dilarang oleh agama. Meskipun
dirayu agar berubah pikiran, Nabi Yahya bergeming dan pergi meninggalkan
Sang Raja.
Hirodia yang takut rencananya untuk menjadi
permaisuri gagal, akhirnya mencari cara untuk mendapatkan keinginannya.
Wanita busuk itu mencoba merayu Nabi Yahya A.S, namun karena ketakwaan
beliau tentu saja rencana itu tidak berhasil.
Tidak kehabisan
akal, dia mengundang pamannya yang akan dinikahinya, dan membujuknya
untuk membunuh Nabi Yahya A.S. Karena terbutakan oleh cinta, akhirnya
Nabi Yahya A.S terbunuh dalam usahanya memperjuangkan kebenaran yang
menjadi syariat Allah SWT.
Sumber: Lebaran
0 komentar:
Posting Komentar