Selasa, 26 Maret 2013

Napak Tilas Sunan Malik Ibrahim



Sunan Maulana Malik Ibrahim atau dikenal juga dengan nama Sunan Gresik ini merupakan pelopor para walisongo. Sebagai keturunan ke-22 Nabi Muhammad SAW, Sunan Malik Ibrahim juga dijuluki Kakek Bantal. Lahir di Samarkand>>

Sunan Malik lahir di Samarkand, Asia tengah sekitar abad ke-14, namun begitu tiba di tanah Jawa menjadi Asmarakandi karena mengikuti pengucapan lidah orang Jawa.   Sunan Malik hidup selama 13 tahun di Champa yang sekarang bernama Vietnam dan menjalankan misi dakwah di negeri tersebut. Hingga akhirnya Sunan Malik hijrah ke tanah Jawa pada tahun 1404 dengan disertai beberapa orang.

Metode Dakwah

Setibanya di tanah Jawa, yang pertama Sunan Malik lakukan adalah berdagang. Di desa bernama Sembalo (sekarang bernama Leran, 9 km utara kota Gresik), Sunan Malik membuka warung. Warung ini menyediakan banyak kebutuhan pokok dengan harga murah sehingga banyak masyarakat yang berdatangan. Selain membuka warung, dengan keahliannya dalam bidang pengobatan, Sunan Malik memberikan pengobatan gratis. Tidak hanya sampai situ, Sunan Malik pun mengajarkan cara baru bercocok tanam.

Sunan Malik terkenal akan kepandaian dan kerendahhatiannya dalam merangkul penduduk sekitar. Sunan Malik merangkul penduduk yang merasa tersingkirkan oleh kasta sosial.

Pada masa itu yang berkuasa adalah Kerajaan Majapahit yang bernuansakan agama Hindu. Seperti yang kita tahu bahwa dalam agama Hindu setiap orang terbagi ke dalam kasta-kasta sosial yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Dari semuanya, kasta yang paling rendah yaitu Sudra sering ditindas oleh kasta yang jauh lebih tinggi.

Sunan Malik menjelaskan bahwa dalam Islam semua manusia sederajat. Orang Sudra boleh bergaul dengan kasta manapun, yang membedakan hanya keimanan mereka di hadapan Allah SWT. Mendengar hal tersebut, banyak kaum Sudra yang kemudian memeluk agama Islam karena merasa hakikatnya sebagai manusia kembali. Bahwa tidak ada yang membedakan mereka kecuali keimanan.

Sebelum Sunan Malik datang ke tanah Jawa, sebenarnya Islam sudah ada namun belum berkembang secara besar-besaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita bernama Fatimah Binti Maimun yang meninggal tahun 475 Hijriyyah atau 1082 Masehi.

Namun tentu saja bukan hal yang mudah menyebarkan agama Islam walau Islam sendiri sudah ada, hal ini dikarenakan penduduk masih banyak beragama Hindu, tidak beragama sama sekali, bahkan beragama Islam namun tercampur kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan agama Islam.

Dengan berpedomanan pada ajaran Al-Quran QS An-Nahl ayat 125 yang berbunyi “Hendaknya engkau ajak ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya”.

Maka Sunan Malik melakukan pendekatan untuk mengambil simpati masyarakat dengan menunjukkan kebesaran Allah SWT, kebajikan dan kebaikan Islam sehingga masyarakat sendiri tanpa perlu dipaksa masuk ke dalam Islam.

Masjid dan Pesantren

Setelah pengikutnya banyak, Sunan Malik mendirikan masjid pertama di desa Pasucinan, Manyar. Selain itu Sunan Malik pun mendirikan pesantren. Menyebarkan dakwah tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri, hal tersebutlah yang melatarbelakangi pendirian pesantren, untuk mendidik murid-muridnya agar kelak dapat menyebarkan Islam seperti dirinya. Pendirian pesantren ini sendiri diilhami oleh masyarakat Hindu yang mendidik para biksu sebagai calon pemimpin agama mereka. Namun sebagai sesama penyebar agama walau berbeda, Sunan Malik tidak pernah bersikap bermusuhan, kedua agama tersebut berjalan tanpa saling mengganggu.

Hingga kini kebudayaan pesantren masih lekat dalam agama Islam walau setelah keluar dari pesantren, tidak semua menyebarkan agama Islam, namun setidaknya orang yang lulus pesantren diharapkan lebih memahami Islam dibandingkan dengan orang awam lainnya. Selain berdagang, bercocok tanam, dan mengobati orang, Sunan Malik pun yang memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk sehingga lahan menjadi lebih subur dan panen berlimpah.

Dalam penyebaran agama Islam, Sunan Malik tidak hanya memikirkan berapa banyak orang yang masuk Islam, namun juga berusaha meningkatkan taraf hidup penduduk. Hal ini agar penduduk lebih mudah diajak beribadah dengan baik dan tenang. Bagaimana kita dapat beribadah dengan baik kalau sibuk dengan urusan perut?

Raja Majapahit

Raja Brawijaya adalah penguasa Majapahit saat Sunan Malik berhasil mengajak sebagian besar penduduk Gresik untuk memeluk Islam. Namun Raja Brawijaya sendiri tetap memegang teguh agama Hindu dengan diplomatis walau sudah dibujuk. Akan tetapi walau Raja Brawijaya memeluk agama Hindu, beliau membantu Sunan Malik dalam penyebaran agama Islam dengan memberikan tanah kepada Sunan Malik.

Wafat

Sunan Malik wafat tahun 1419 dan makamnya terdapat di desa Gapura, Gresik. Jalan yang menuju makamnya diberi nama jalan Malik Ibrahim. Walau sudah wafat, penduduk tetap mengenalnya sebagai penolong fakir miskin, dihormati pangeran dan sultan, serta dijunjung tinggi rakyat jelata.

SumberLebaran

0 komentar:

Posting Komentar