Kisah Nabi Nuh as
Banyak hal berubah di muka bumi setelah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Allah SWT mengutus Nuh untuk membawa ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya. Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka.
Kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam benar-benar durhaka sampai mengingkari kerasulan Nabi Nuh ‘alaihissalam di akhirat. Nabi Nuh ‘alaihissalam menyimpulkan bahwa pada diri mereka sudah tidak ada harapan kebaikan sama sekali.
Maka Nabi Nuh ‘alaihissalam berdoa kepada Allah SWT agar memberikan pelajaran setimpal kepada mereka. Pada akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi Nuh ‘alaihissalam.
Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam bahwasanya akan menimpakan banjir besar pada kaumnya. Untuk itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk membuat sebuah bahtera yang amat besar.
Bahtera itu akan memuat Nabi Nuh ‘alaihissalam, orang-orang yang beriman, serta beragam makhluk yang mempunyai ruh yang dikehendaki Allah SWT untuk tetap hidup sesudah banjir bandang menimpanya.
Pembuatan bahtera yang amat besar itu bukanlah hal yang sederhana. Allah SWT membimbing dan mengawasi secara langsung akan pembuatannya.
Perahu itu mempunyai 3 lantai, lantai dasar untuk binatang buas dan merayap, lantai kedua untuk manusia, dan lantai ketiga untuk unggas dan burung-burung. Bahtera itu mempunyai pintu yang terletak di tengah dan mempunyai daun pintu yang mengunci rapat dari atas.
Di setiap ruas kayu, baik dari dalam maupun luar, dilumuri dengan tir yang berfungsi menahan air agar tidak bisa masuk. Ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam memulai membuat bahtera, kaumnya bukannya makin sadar akan kekhilafan mereka, tetapi malah menjadi-jadi dalam mengejeknya.
Setelah pembuatan bahtera selesai, datanglah apa yang Allah SWT janjikan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam dan kaumnya. Tiba-tiba Allah SWT memerintahkan langit untuk mengguyur bumi dengan air yang deras, disusul bumi agar memancarkan air dari segala penjuru dengan cepat, tungku-tungku tempat perapian pun berubah menjadi mata air yang tak henti-hentinya. Bertemulah sumber air yang melimpah baik dari atas maupun dari bawah.
Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh ‘alaihissalam agar segera naik bahtera beserta orang-orang yang beriman dan keluarganya, dan tidak memberi masa tenggang waktu, barangkali orang-orang yang sebelumnya jelas-jelas tidak beriman mau diajak. Berbagai macam binatang dengan pasangannya berbondong-bondong mengikutinya. Setelah seluruh muatan naik, maka Nabi Nuh ‘alaihissalam berkata kepada seisi makhluk yang ada di bahtera tersebut.
Saat itu seisi bumi dipenuhi dengan air, baik gunungnya, bukitnya, padang pasirnya, bagian datarnya dan jurangnya. Kebanyakan para ahli tafsir mengatakan bahwa ketinggian air kala itu di atas permukaan gunung yang paling tinggi 15 dziro’.
Bumi saat itu betul-betul tidak bertepi. Semuanya dipenuhi dengan air. Bahtera itu melewati ombak yang tingginya bagaikan gunung-gunung. Semua kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam yang membangkang dibinasakan oleh Allah SWT hingga tak tersisa seorang pun.
Mereka tenggelam bersama kepongahan terhadap syariat nabi mereka. Mereka tenggelam bersama kesombongan kepada ajaran nabi mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang menentang agama Allah SWT, dan orang yang zholim akan mengalami hukuman yang setimpal.
Sumber : Lebaran
0 komentar:
Posting Komentar